Oleh : H. Muhamad Asran Dirun, S.Ag, M.Pd
Penulis adalah Kepala MIN 5 Kota Palangka Raya & Ketua PGMNI Kota Palangka Raya
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, dalam sebuah dialog secara hybrid di Jakarta, 24 Juni 2025 menyampaikan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan literasi murid adalah melalui penerapan kebijakan pembelajaran mendalam.
Sementara Menteri Agama Nasaruddin Umar menekankan pentingnya pembelajaran mendalam dalam pendidikan agama, terutama dalam konteks moderasi beragama dan pemahaman agama sebagai mitos, logos, dan etos.
Pembelajaran mendalam menurut Menag lebih menekankan pada moderasi beragama, pemahaman agama secara komprehensif, integrasi keilmuan, pendidikan berbasis pengalaman, pemanfataan teknologi dan belajar dari tokoh bangsa.
Pendapat kedua Menteri hebat tersebut merupakan suatu terobosan guna menjawab rendahnya tingkat literasi dan numerasi pada murid sekolah dasar dan menengah. Di mana hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat bawah dalam kemampuan membaca siswa usia 15 tahun, khususnya di Asia Tenggara. Selain itu, minat baca masyarakat Indonesia juga sangat rendah, dengan hanya 0,001% yang gemar membaca, menurut data UNESCO.
Sebagai pondasi dasar dari pendapat tersebut muncullah Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 13 Tahun 2025 sebagai pengganti Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024.
Isi dari Permendikdasmen tersebut, di antaranya menyebutkan tidak adanya perubahan kurikulum, pendekatan pembelajaran mendalam, penambahan mata pelajaran koding dan kecerdasan artifisial, penyesuian bentuk, kompetensi, dan muatan pembelajaran kokurikuler, pengaturan penyediaan kegiatan ekstrakurikuler.
Pondasi kedua adalah Keputusan Dirjen Pendidikan Islam Nomor 6077 Tahun 2025 tentang panduan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC).
Menurut Menteri Agama Nasaruddin Umar, KBC lahir dari kegelisahan terhadap berbagai krisis kemanusiaan yang terus berulang. Ia meyakini pendidikan adalah pintu masuk untuk perubahan sosial yang lebih mendalam dan tahan lama. Kurikulum Berbasis Cinta merupakan pendekatan pendidikan yang menitikberatkan pada titik temu antar umat manusia, bukan perbedaan.
Peluncuran KBC oleh Menag Nasaruddin Umar yang digelar di Asrama Haji Sudiang Makassar, (24/7/2025) bermaksud menciptakan suatu hegemoni sosial yang lebih elegan, yang lebih harmoni, dengan menekankan aspek titik temu, bukan perbedaan.
Hasil penelitian Enjang Warman dkk dalam Jurnal Pengabdian Masyarakat dan Riset Pendidikan tentang Pendekatan Deep Learning Pada Pembelajaran di SD Gekbrong 1 Cianjur menunjukkan peningkatan pada murid dalam kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah dan pemahaman konseptual.
Pendekatan deep learning dipandang dapat meningkatkan kualitas pendidikan dasar secara efektif (Fullan, 2018). Dalam konteks pendidikan, pendekatan deep learning memfokuskan terhadap pemahaman konsep secara mendalam dengan proses refleksi, interaksi sosial dan hubungan (Deng et al., 2024).
Dalam penelitian lain membuktikan jika guru menerapkan pendekatan deep learning dalam pembelajaran, maka murid akan mempunyai kemampuan mengingat yang lebih baik dan mampu mengaitkan konsep dengan keseharian mereka dikarenakan lebih memfokuskan pada prinsip pembelajaran bermakna (Nur Akmal & Maelasari, 2025).
Menurut Biggs & Tang 2011 menyebutkan bahwa pembelajaran mendalam menjadi fondasi penting dalam membentuk kemampuan kognitif dan afektif murid. Di mana dalam pembelajaran mendalam lebih menekankan pada pemahaman konseptual, kemampuan reflektif, dan pemecahan masalah.
Berikut beberapa pemahaman dalam penerapan metode pembelajaran mendalam (deep learning) di sekolah : Pertama, Meaningful learning di mana murid diajak untuk mengeksplorasi secara lebih mendalam, menganalisa data, dan mengaitkan konsep yang sudah mereka pelajari dengan keseharian siswa, dengan begitu siswa akan semakin siap dalam menghadapi tantangan akademik ataupun di kehidupan sehari-hari. (Diponegoro et al., 2021). Kedua, Joyful learning yaitu murid diajak menghadirkan pengalaman belajar yang mengasyikan dan memberikan motivasi kepada siswa supaya dalam kegiatan belajar mengajar mereka semakin aktif. (Devi et al., 2020).
Ketiga, Pemanfaatan teknologi digital dalam pembelajaran literasi dan numerasi sudah terbukti efektif dalam rangka peningkatan keaktifan dan pemahaman siswa (Aryanto et al., 2025). Keempat, Menerapkan pendekatan pembelajaran aktif yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar (Bonwell & Eison, 1991).
Kelima, Membangun pengetahuan murid melalui interaksi sosial dan pengalaman bermakna, sebagaimana yang disampaikan Vygotsky (1978) dalam teori konstruktivisme, dan yang keenam, Metakognisi, menekankan pentingnya kesadaran dan pengaturan diri dalam proses belajar. Siswa yang mampu mengelola strategi belajarnya akan lebih mampu menyerap pengetahuan secara mendalam. (Flavell, 1979).
Pemahaman pembelajaran mendalam (deep learning) tersebut di atas dapat dirumuskan ke dalam 8334, yaitu 8 profil lulusan, 3 prinsip pembelajaran mendalam, 3 pengalaman belajar, dan 4 kerangka pembelajaran mendalam.
Delapan Profil Lulusan : 1. Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2. Kewargaan, 3. Kemandirian, 4. Kolaborasi, 5. Bernalar kritis, 6. Kreatif, 7. Kesehatan, 8. Komunikasi.
Tiga Prinsip Pembelajaran Mendalam ada tiga point : 1. Berkesadaran, 2. Bermakna, 3. Menggembirakan. Sedangkan Tiga Pengalaman dalam Pembelajaran Mendalam meliputi : 1. Memahami, 2. Mengaplikasi, 3. Merefleksi.
Empat Kerangka dalam Pembelajaran Mendalam : 1. Praktik pedagogik, 2. Lingkungan pembelajaran, 3. Pemanfaatan digital, 4. Kemitraan pembelajaran. Dan Empat Siklus Inquiri Kolaboratif ; 1. Akses, 2. Desain, 3. Implement, 4. Measure reflect and change
Tiga Prinsip Asesmen dalam Pembelajaran Mendalam : 1. Berkeadilan, 2. Edukatif, 3. Objektif dan Tiga Asesmen dalam Pembelajaran Mendalam meliputi : 1. Asesmen for learning, 2. Asesmen as learning, 3. Asesmen of learning.(Redaksi)
