Pelatihan Standar Kemanusiaan Caritas Resmi Ditutup

 

INFOBORNEO, Palangka Raya – Pelatihan Standar Kemanusiaan Caritas yang berlangsung selama tiga hari di Aula Magna Keuskupan Palangka Raya resmi ditutup pada Minggu malam, 8 Juni 2025. Kegiatan ini menjadi bagian dari Pertemuan Thrive Keuskupan Palangka Raya dan diikuti oleh 44 peserta. Pelatihan ini bertujuan memperkuat kesiapsiagaan gereja dalam menghadapi situasi darurat serta meningkatkan kapasitas tim paroki dalam aksi kemanusiaan berbasis nilai-nilai gerejawi.

Misa penutupan yang berlangsung dengan penuh refleksi dipimpin oleh Ketua Komisi PSE Caritas Keuskupan Palangka Raya, RD A Danang Widhi Anggoro. Dalam homilinya, ia menekankan peran Roh Kudus dalam seluruh proses pelatihan dan kehidupan ber-Caritas.

“Roh Kudus akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu. Kita hadir di sini bersatu itu adalah buah dari Roh Kudus. Kita ber-Caritas bersama, berproses bersama ini buah dari Roh Kudus. Kita dibantu oleh fasilitator, berarti Roh Penolong,” ujarnya.

Selama tiga hari pelatihan, peserta mendapat materi mendalam mengenai standar kemanusiaan, pendekatan berbasis hak, serta strategi koordinasi dan respons cepat dalam menghadapi bencana. Selain sesi teori, peserta juga terlibat dalam simulasi langsung guna mengasah keterampilan menangani situasi darurat. Fasilitator dari Tim Kesiapsiagaan Caritas Indonesia, Salomo Samosir mengapresiasi antusiasme peserta dalam memahami dan menerapkan prinsip-prinsip kemanusiaan dalam aksi nyata.

Pada sesi terakhir, peserta berbagi refleksi mengenai pembelajaran yang mereka peroleh dan menyusun rencana tindak lanjut untuk memperkuat kesiapsiagaan di masing-masing paroki.

Sebelumnya, Uskup Keuskupan Palangka Raya, Mgr DR Aloysius M Sutrisna Atmaka, MSF, menyampaikan bahwa keberlanjutan program ini menjadi bagian dari komitmen gereja dalam memperkuat solidaritas sosial dan aksi kemanusiaan.

Penutupan pelatihan ditandai dengan Misa Syukur, mengukuhkan komitmen peserta dalam melanjutkan pelayanan ber-Caritas di komunitas masing-masing. Dengan keuskupan-keuskupan lain yang juga terlibat dalam Program Thrive, diharapkan semakin banyak komunitas gereja yang siap menghadapi tantangan kemanusiaan dengan pendekatan berbasis nilai, keadilan, dan kepedulian sosial.(Redaksi)

Comments (0)
Add Comment