Pertemuan Regional Kalimantan Teguhkan Komitmen Gereja Katolik untuk Keadilan Ekologis

218

 

INFOBORNEO, Palangka Raya – Sebanyak 56 peserta dari delapan keuskupan di Kalimantan berkumpul dalam Pertemuan Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi atau PSE-Caritas, KKP-PMP, dan SGPP se-Regio Kalimantan yang diselenggarakan pada 15–19 Juni 2025. Acara ini dilangsungkan di Rumah Retret Bukit Kelam, Keuskupan Sintang, dan menghadirkan utusan dari Keuskupan Agung Samarinda, Keuskupan Palangka Raya, Keuskupan Banjarmasin, Keuskupan Tanjung Selor, Keuskupan Agung Pontianak, Keuskupan Sintang, Keuskupan Ketapang, serta Keuskupan Sanggau.

Mengusung tema “Sinodalitas Gereja dalam Mewujudkan Pastoral Berkeadilan Ekologis di Kalimantan”, pertemuan ini menjadi momentum penting bagi Gereja Katolik Kalimantan untuk merespons berbagai tantangan ekologis yang semakin mendesak. Melalui dialog dan refleksi bersama, peserta diajak meneguhkan semangat sinodalitas, berjalan bersama dalam mendengar, berdialog, dan bertindak demi kebaikan bersama.

Dalam sambutannya, Ketua Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Samuel Oton Sidin, OFMCap, menyoroti kondisi Kalimantan yang dulu dikenal sebagai “Firdaus”, namun kini mengalami kerusakan ekologis akibat keserakahan dan kelalaian manusia. Ia mengajak seluruh peserta untuk merenungkan kembali tanggung jawab manusia sebagai penjaga ciptaan.

“Banyak hal telah membuat bumi Kalimantan ini hancur dan rusak. Apakah Kalimantan sebagai Firdaus hanya akan tinggal menjadi sebuah kisah?” tutur Mgr. Samuel dalam rilisnya pada Senin, 16 Juni 2025.

Ia menegaskan bahwa bumi adalah satu-satunya tempat tinggal umat manusia, dan menjaga kelestarian ciptaan adalah panggilan iman.

Peserta pertemuan juga diajak menyadari peran Gereja sebagai agen transformasi sosial yang mampu mendorong perubahan perilaku menuju kehidupan yang lebih ramah lingkungan. Mewujudkan pastoral berkeadilan ekologis bukan hanya tanggung jawab para pemimpin Gereja, tetapi seluruh umat beriman di Kalimantan.

Diskusi dalam pertemuan ini juga membahas strategi konkret untuk memperkuat kolaborasi lintas keuskupan dalam isu-isu ekologis, termasuk advokasi lingkungan, edukasi umat, dan pembangunan ekonomi berkelanjutan berbasis komunitas lokal.

Pertemuan ini diharapkan menjadi langkah awal menuju gerakan ekologis yang lebih sinergis dan berkelanjutan di seluruh Kalimantan. Peserta menyepakati pentingnya merawat bumi dan sesama sebagai bentuk kasih yang nyata, sebagaimana Tuhan telah terlebih dahulu mengasihi umat-Nya.

Dengan semangat sinodalitas, Gereja di Kalimantan menunjukkan bahwa iman yang hidup harus berbuah dalam tindakan nyata untuk keadilan ekologis. Pertemuan ini tak hanya menandai solidaritas lintas keuskupan, tetapi juga menghidupkan kembali harapan bahwa Kalimantan bisa bangkit sebagai Firdaus yang lestari.(Redaksi)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.